Mentri Pendidikan Republik mimpi meminta kepala Sekolah untuk mendata guru-guru honorer yang sudah lebih dari 10 tahun membaktikan diri membangun pendidikan di Indonesia. Data-data tersebut nantinya akan diverifikasi untuk membuktikan kebenarannya. Setelah dilakukan verifikai barulah proses berlanjut untuk pemberkasan untuk kelengkapan administrasi.
Hal di atas terjadi hanya di Republik mimpi. Kepala Sekolah- Kepala Sekolahlah yang tahu betul bagaimana kinerja guru-guru honorer yang berpenghasilan minim membaktikan dirinya di tengah keterbatasan. Ada guru honorer yang benar-benar tidak punya ongkos untuk ke sekolah berjalan kaki dari rumahnya di Bekasi untuk sampai mengajar di sekolah. Akibatnya sepatu yang digunakannya cepat sekali rusak. Ada yang memiliki bayi tidak mampu membeli susu yang layak, tapi diganti dengan air tajin (air sisa menanak nasi). Adapula yang menggunakan sepeda bukan karena mengikuti tren bersepeda yang sedang marak, tapi karena penghasilannya tidak cukup untuk sebulan. Dengan cara seperti itupun masih saja tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, akibatnya dengan malu hati terpaksalah pak Guru Honorer berhutang kesana-kemari.
Pengangkatan para guru honorer di Republik mimpi ini benar-benar bagaikan musafir di Gurun yang menemukan genangan air, bukan sekedar fatamorgana. Meningkatkan taraf hidup guru-guru yang puluhan tahun mengabdi di sekolah-sekolah pemerintah. Pengangkatan tersebut merupakan penghargaan atas dedikasinya di dunia pendidikan. Tapi sayang kejadian itu hanya ada di Republik Mimpi, bukan di Republik tetangganya.
0 komentar:
Posting Komentar